watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

TUBUH MUNGIL MARLENA

Namaku Andi, ketika aku SMP, aku tinggal
dengan saudaraku di Jakarta, di rumah itu aku
bersama tiga orang anak dari saudaraku itu yang
usianya sebayaku kecuali Marlena si bungsu,
gadis kecil yang masih kelas enam SD.
Setahun sudah aku tinggal dengan mereka, di
usia puber sepertiku, semakin hari tubuh Marlena
yang biasa kupanggil Lena, terlihat semakin
bongsor saja, dengan kulitnya yang putih bersih
semakin terlihat menggairahkan nafsuku.
Maklumlah turunan dari ibunya yang bertubuh
bongsor dan montok.
Setiap pulang sekolah aku selalu meluangkan
waktu untuk ngobrol-ngobrol dengan Lena,
sekedar untuk melihatnya dari dekat, apalagi
payudaranya mulai terlihat bentuknya. Aku pun
mulai mengincarnya, suatu ketika aku akan
mendekatinya, pikirku.
Dihari berikutnya saat Marlena pulang dari
sekolah langsung menuju ke kamar tempat
cucian-cucian yang belum kering, karena di
rumah lagi tidak ada orang, akupun
mengikutinya. Aku berusaha agar kedatanganku
tidak mengagetkannya.
"Len..udah pulang..?" iya kak, sambil melepas
sepatunya.
"Awas dong..mau ganti baju nih..!" katanya
memohon.
"Iya..aku keluar deh..tapi kalo udah ganti baju
boleh masuk lagi ya..!" pintaku padanya.
"Iya....boleh.." ungkapnya.
"Aku masuk ya..!" pintaku dari luar sambil
membuka pintu. Wow..seperti bidadari Marlena
memakai daster kecilnya yang bertali satu,
jantungku berdegup kencang seakan tidak
percaya akan pemandangan itu.
"Len..kamu cantik sekali pakai baju itu..!"
ungkapku jujur padanya.
"Masa sih..!" kata Marlena sambil berputar
bergaya seperti peragawati.
"Aku boleh bilang sesuatu nggak Len..?" tanyaku
agak ragu padanya.
"Mau bilang apaan sih kak..serius banget deh
kayaknya..!" ungkap Marlena penasaran.
"A..aku.. boleh peluk kamu nggak..,sebentar
aja..!" ungkapku memberanikan diri.
"Aku janji nggak ngapa-ngapain...sungguh..!"
janjiku padanya.
"Iiih..peluk gimana sih.., emang mau ngapain..,
nggak mau ah..!" bantahnya.
"Sebentar...aja...ya..Len.." kembali aku
membujuknya, jangan sampai dia jadi takut
padaku.
"Ya udah cepetan ah..yang enggak-enggak aja
sih.." ungkapnya agak genit sambil berdiri
membelakangiku.
Tak kusia-siakan aku langsung memeluknya diri
belakang, tanganku melingkar di tubuhnya yang
kecil mulus, dan padat itu, lalu tanganku
kuletakkan di bagian perutnya, sambil ku usap-
usap dengan perlahan.
Gila..kontolku langsung berdenyut begitu
menyentuh pantat Marlena yang empuk dan
bentuknya sedikit menungging menyentuh ke
arah kontolku. Langsung saja kugesek-gesekkan
pelan-pelan di pantatnya itu.
"Iiih...diapain sih tuh..udah...ah..!" seru Marlena
sambil berusaha melepaskan pelukanku.
"Aku terangsang Len..abis kamu cantik sekali
Len..!" ungkapku terus terang.
Marlena pun membalikkan badannya
menghadapku, sambil menatapku penuh rasa
penasaran.
"Anunya bangun ya kak..?" tanya Marlena heran.
"Iya Len..aku terangsang sekali.." ungkapku
sambil mengelus-elus celanaku yang
menyembul karena kontolku yang sudah
tegang.
"Kamu mau lihat nggak Len..?" tanyaku padanya.
"Nggak ah..entar ada orang masuk lho..!"
katanya polos.
"Kita kunci aja dulu pintu gerbangnya ya..!"
ungkapku, sambil beranjak mengunci pintu
gerbang depan.
Sementara Marlena menungguku dengan sedikit
salah tingkah di kamar itu.
Sekembali mengunci pintu gerbang depan,
kulihat Marlena masih di kamar itu menunggu
dengan malu-malu, tapi juga penasaran.
"Ya udah aku buka ya....?" ungkapku sambil
menurunkan celana pendekku pelan-pelan.
Kulihat Marlena mengbuang muka pura-pura
malu tapi matanya sedikit melirik mencuri
pandang ke arah kontolku yang sudah kembali
ngaceng.
"Nih lihat...cepetan mumpung nggak ada
orang..!" ungkapku pada Marlena sambil kuelus-
elus kontolku di depannya. Marlena pun
melihatnya dengan tersipu-sipu.
"Iiih ngapain sih... Malu tahu..!" ungkapnya pura-
pura.
"Ngapain malu Len..kan udah nggak ada orang.."
kataku berdebar-debar.
"Mau pegang nggak...?" Ungkapku sambil
menarik tangan Marlena kutempelkan ke arah
kontolku. Tampak muka Marlena mulai
memerah karena malu, tapi penasaran. Masih
dalam pegangan tanganku, tangan Marlena
kugenggamkan pada batang kontolku yang
sudah ngaceng itu, sengaja ku usap-usapkan
pada kontolku, dia pun mulai berani melihat ke
arah kontolku.
"Iiiih..takut ah..gede banget sih..!" ungkapnya,
sambil mulai mengusap-ngusap kontolku, tanpa
bimbinganku lagi.
"Aaaah..ooouw...terus Len..enak banget..!" aku
mulai merintih. Sementara Marlena sesuai
permintaanku terus menggenggam kontolku
sambil sesekali mengusap-usapkan tangannya
turun naik pada batang kontolku, rasa
penasarannya semakin menjadi melihat kontolku
yang sudah ngaceng itu.
"Aku boleh pegang-pegang kamu nggak Len..?"
ungkapku sambil mulai mengusap-usap lengan
Marlena, lalu bergeser mengusap-usap
punggungnya, sampai akhirnya ku usap-usap
dan kuremas-remas pantatnya dengan lembut.
Marlena terlihat bingung atas tingkahku itu, di
belum mengerti apa maksud dari tindakanku
terhadapnya itu, dengan sangat hati-hati rabaan
tanganku pun mulai keseluruh bagian tubuhnya,
sampai sesekali Marlena menggelinjang kegelian,
aku berusaha untuk tidak terlihat kasar olehnya,
agar dia tidak kapok dan tidak menceritakan
ulahku itu kepada orang tuanya.
"Gimana Len.....?" ungkapku padanya.
"Gimana apanya..!" jawab Marlena polos.
Aku kembali berdiri dan memeluk Marlena dari
belakang, sementara celanaku sudah jatuh
melorot ke lantai, sekalian saja kulepas. Marlena
pun diam saja saat aku memeluknya, sentuhan
lembut kontolku pada daster mini warna bunga-
bunga merah yang dipakai Marlena membuatku
semakin bernafsu padanya. akupun terus
menggesek-gesekkan batang kontolku di atas
pantatnya itu. Sementara tangan Marlena terus
menggenggam batang kontolku yang
menempel di pantatnya, sesekali dia
mengocoknya pelan-pelan.
Tak lama setelah itu perlahan kuangkat daster
tipis Marlena yang menutupi bagian pantatnya
itu, lalu dengan hati-hati kutempelkan batang
kontolku diatas pantat Marlena yang tidak
tertutupi oleh daster tipinya lagi.
"Len...buka ya celana dalamnya...!" pintaku
pelan, sambil membelai rambutnya yang terurai
sebatas bahunya itu.
"Eeeh...mau ngapain sih...pake dibuka segala..?"
tanyanya bingung.
"Nggak apa-apa nanti juga kamu tahu.. Lena
tenang aja..!" bujukku padanya agar dia bersikap
tenang, sambil perlahan-lahan aku turunkan
celana dalam Marlena.
"Tuh kan....malu..masa nggak pake celana dalam
sih..!" ungkapnya merengek padaku.
"Udah nggak apa-apa...kan nggak ada siapa-
siapa..!" aku menenangkannya.
"Kamu kan udah pegang punyaku..sekarang aku
pegang punyamu ya..Len..?" pintaku padanya,
sambil mulai ku usap-usap memeknya yang
masih bersih tanpa bulu itu.
"Ah..udah dong..geli nih.." ungkap Marlena, saat
tanganku mengusap-usap selangkangan dan
memeknya.
"Ya udah...punyaku aja yang ditempelin deket
punyamu ya..!" ungkapku sambil menempelkan
batang kontolku ditengah-tengah selangkangan
Marlena tepat diatas lubang memeknya. Pelan-
pelan kugesek-gesekkan batang kontolku itu di
belahan memek Marlena. Lama kelamaan
memek Marlena mulai basah, semakin licin
terasa pada gesekkan batang kontolku di belahan
memek Marlena, nafsu birahiku semakin tinggi,
darahku rasanya mengalir cepat keseluruh
tubuhku, seiring dengan degup jantungku yang
makin cepat.
Masih dalam posisi membelakangiku, aku
meminta Marlena membungkukkan badannya ke
depan agar aku lebih leluasa menempelkan
batang kontolku di tengah-tengah
selangkangannya. Marlena pun menuruti
permintaanku tanpa rasa takut sedikitpun,
rupanya kelembutan belaianku sejak tadi dan
segala permintaanku yang diucapkan dengan
hati-hati tanpa paksaan terhadapnya,
meyakinkan Marlena bahwa aku tidak mungkin
menyakitinya.
"Terus kita mau ngapain nih..?" ungkap Marlena
heran sambil menunggingkan pantatnya persis
kearah kontolku yang tegang luar biasa. Kutarik
daster tipisnya lalu kukocok-kocokkan pada
batang kontolku yang sudah basah oleh cairan
memek Marlena tadi. Lantas aku masukan
kembali batang kontolku ketengah-tengah
selangkangan Marlena, menempel tepat pada
belahan memek Marlena, mulai kugesek-gesekan
secara beraturan, cairan memek Marlena pun
semakin membasahi batang kontolku.
"Aaah..Len..enaaaak...bangeet..!" aku merintih
nikmat.
"Apa sih rasanya...emang enak..ya..?" tanya
Marlena, heran.
"Iya..Len..rapetin kakinya ya..!" pintaku padanya
agar merapatkan kedua pahanya.
Waw nikmatnya, kontolku terjepit di sela-sela
selangkangan Marlena. Aku terus menggenjot
kontolku disela-sela selangkangannya, sambil
sesekali kusentuh-sentuhkan ke belahan
memeknya yang sudah basah.
"Ah geli nih... udah belum sih..jangan lama-lama
dong..!" pinta Marlena tidak mengerti adegan ini
harus berakhir bagaimana.
"Iya..Len.. sebentar lagi ya..!" ungkapku sambil
mempercepat genjotanku, tanganku meremas
pantat Marlena dengan penuh nafsu.
Tiba-tiba terasa dorongan hebat pada batang
kontolku seakan sebuah gunung yang akan
memuntahkan lahar panasnya.
"Aaaaakh..aaaoww..Leenn..aku mau
keluaarr..crottt..crott..crottt..oouhh..!" air maniku
muncrat dan tumpah diselangkangan Marlena,
sebagian menyemprot di belahan memeknya.
"Iiiih...jadi basah..nih..!" ungkap Marlena sambil
mengusap air maniku diselangkangannya.
"Hangat..licin..ya..?" ungkapnya sambil malu-
malu.
"Apaan sih ini...namanya..?" Marlena bertanya
padaku.
"Hmm..itu namanya air mani..Len..!" jelasku
padanya.
Dipegangnya air mani yang berceceran di
pahanya, lalu dia cium baunya, sambil
tersenyum. Aku pun menatap Marlena sambil
melihat reaksinya setelah melihat tingkahku
padanya itu. Tapi untunglah Marlena tidak kaget
atas tingkahku itu, cuma sedikit rasa ingin tahu
saja yang terlihat dari sikapnya itu.
Aku sungguh beruntung dengan keadaan di
rumah itu sore itu yang telah memberiku
kesempatan untuk mendekati Marlena gadis kecil
yang cantik.
Marlenapun menurunkan daster mininya sambil
mengusapkannya ke selangkangannya yang
belepotan dengan air maniku, lalu dipakainya
kembali celana dalamnya yang kulepas tadi.
"Len..makasih ya..udah mau pegang punyaku
tadi..!" ungkapku pada Marlena yang masih
terheran-heran atas ulahku tadi.
"Kamu nggak marahkan kalau besok-besok aku
pengen seperti ini lagi..?" pintaku pada Marlena.
"Iya..nggak apa-apa..asal jangan lagi ada orang
aja..kan malu..!" ungkap Marlena polos.
Setelah itu Marlena pun bergegas mengambil tas
sekolahnya berlalu ke dalam kamarnya, aku
benar-benar merasa puas dengan kepolosannya
tadi, pokoknya nanti aku akan bujuk dia untuk
seperti itu lagi, kalau perlu kuajari yang lebih dari
itu.
Tamat


Adult | GO HOME | Exit
1/839
U-ON

inc Powered by Xtgem.com